Piece of Quote?

 

         "Menyoal kehidupan sepertinya memang tak pernah serdehana. Tapi jangan pernah lupa bahwa pembelajaran hidup juga dapat lahir dari sebuah hal yang sederhana."


Gambar 01. wishes bottle
Jumat (03/04), dini hari.
Salam dari dingin yang menusuk di pagi perayaan paskah.
Anggaplah ini catatan atas sebuah proses eksperiental learning.

           Satu malam terlewati, aku bahkan tak punya sedikitpun hasrat untuk terpejam. Telah cukup lama aku berjibaku dengan laman email dan beberapa tanggung jawab yang aku emban. Biarkan saja. ini adalah caraku menuntut sebuah jamuan atas peluh seharian ini. Ya, itulah sebabnya mengapa aku masih terjaga sambil memanjakan telinga dengan dendangan.

         Beberapa saat, telepon gengam berhasil  mengantarkanku pada percakapan dengan seseorang. Seseorang yang selalu menemaniku menutup hari. Awalnya arah pembicaraannya memang biasa saja. Datar dan cenderung dingin. Namun entahlah, lambat laut aku menangkap sesuatu. Iya, tentang sebuah hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam alam sadarku.

          Malam itu ia mengirim beberapa tulisan yang ia buat lewat email. Dia lebih suka menyebutnya sebagai "tulisan random". Entah angin apa yang membuatnya memintaku untuk membaca tulisannya dan sekadar memberikan tanggapan. Tapi toh menuruti permintaannya bukan hal yang salah. Jadi ya, sudahlah. Akhirnya aku berkutat lagi dengan laptop. Kembali menjumpai kekasih sejatiku, email. Rupanya ada lima file yang ia sertakan. Emmmm beberapa tulisannya bertajuk kesendirian dan yaa.... Curhatan lelaki. Sekali-kali aku terkekeh saat membacanya. Gaya tulisannya naturalis, mengalir begitu saja.

       Kami kemudian terjebak pada percakapan tentang "keajaiban sebuah tulisan". Topik yang mungkin cukup jarang untuk kami singgung sebelumnya. Benar, ia adalah sosok yang suka menuliskan dan menarasikan apa-apa yang ia temui dalam kehidupan. Pun, aku yang entah mengapa suka menulis. Mungkin itu pula yang membuat kami tersesat di obrolan -- yang sebenarnya random -- kala itu. Kemudian aku justru menemukan sesuatu.

Semua bermuara dari pernyataan :

"Saat-kata kata yang kamu ucapkan terlalu sulit untuk dimengerti, cobalah sentuh hatinya dengan beberapa bait. Biarkan dia mendengar tanpa sedikitpun suara."

Kemudian ia melontarkan beberapa celoteh. Konyol, tapi apa yang dilontarkannya menjelma sebagai frasa semacam quote. Kata yang seolah menjadi emblem bagi pembacanya. Iya, mungkin quote. Layaknya :

"Gapailah hatinya seperti mengejar deadline skripsi. Fokus, tenang dan kuasai."

Lalu....

"Ketika awan gelap menutupi bulan, percayalah bahwa bulan tidak akan berpindah tempat. Hanya saja tak tampak"

Atau...


"Menuju sukses itu sulit. Anggaplah rintang itu sebagai medan pertempuran"

      Entahlah mungkin beberapa rangkaian kalimat tersebut mampu merepresentasikan keistimewaan tulisan. Mengapa demikian? Ya, jawabnya begitu sederhana. Saat kita membaca metafora dalam sebaris tulisan, terkadang seperti ada bagian dari jiwa yang terisi. Pernyataan yang sederhanapun bisa begitu bermakna. Ya, jangan ingkar akan kekuatan sebuah tulisan.


Rangkaian kalimat berharga bukan hanya terletak pada kata-katanya. Namun perlu kemampuan olah rasa untuk dapat mengais siratan makna. Sadari dan rasakan. Tantang diri dengan bermain aksara  tanpa sedikitpun suara.

Komentar