Waktu dan Hal yang Harus Kita Tahu

Satu hal yang Tuhan berikan dalam hidup kita adalah waktu. Setiap orang telah digariskan memiliki rentang dan takaran yang berbeda. Meski tak sama, tapi masing-masing dari kita punya hak tentang bagaimana menjalaninya. Sejenak, coba kembali lihat ke belakang. Tentang waktu dan tentang semua hal yang telah kita torehkan selama itu.


Pict 1. Karya pameran - Tentang aku by Andrita Yunita


Sudahkah kita belajar memberi ruang pada waktu? Membiarkan semua harap bekerja, membiarkan semua mimpi mengejar pemenuhannya, dan membiarkan angan menggapai nyatanya. Pada hakikatnya perputaran waktu adalah pasti, akan, dan selalu membawa perubahan. Barangkali, masalahnya adalah kita selalu merasa memiliki banyak waktu. Memiliki banyak waktu untuk berlama-lama mengagumi kebahagiaan orang lain melalui instastories-nya dan abai pada kebahagiaan kita sendiri. Memiliki banyak waktu untuk upload semua kehidupan pribadi di laman twitter dan lupa untuk benar-benar hidup dalam realita. Memiliki banyak waktu untuk memenuhi id (red: prinsip kepuasan) dan lupa menaruh perhatian pada super ego (prinsip sosial).

Pict 2. Karya pameran - Tentang aku by Andrita Yunita

Kita dapat mencari tambahan uang dan materi dalam hidup, namun kita tidak bisa mendapat tambahan waktu.  Jika kita tidak mengatur waktu, maka waktulah yang mengatur hidup kita. Pada akhirnya kita hanya akan termenung. The bad news is the time has files and there's nothing change on your track. Just stuck. Mungkin yang kita butuhkan adalah rasa sakit kehilangan waktu, menyadari bahwa justru kita lebih sering membiarkannya berlalu.

Tak jarang pula kita mengutuk waktu. Menjadikannya kambing hitam atas semua kegagalan dan kekecewaan dalam hidup. Memaksanya bergerak lebih cepat hanya untuk memastikan keberhasilan atas apa-apa yang tangan kita kerjakan. Satu hal yang mungkin kita lupa adalah : waktu adalah sahabat karib sebuah proses. Keduanya berjalan beriringan dan kita tidak dapat menuntut mereka untuk berpisah dan meninggalkan satu sama lain.
  
                                                                    ------------------
      
Jika kita kehilangan kendali atas waktu, maka bersiaplah untuk menjadi pemburu waktu. Berlari dan berupaya membidik mimpi karena waktu ternyata tinggal sedikit lagi. Sayangnya, mungkin sang pemburu hanya akan fokus dengan hasil pemburuannya. Tak lagi bisa memaknai arti perburuan itu sendiri. Terbatasnya waktu membuat sang pemburu lupa menikmati prosesnya.  Padahal esensi dari hidup adalah memaknai proses perburuan itu, bukan lagi seberapa besar atau kecilnya hasil berburu. Barangkali hasil berburu akhirnya hanya akan menjadi abu, sedangkan makna prosesnya justru tak lekang oleh waktu.


- Ditulis saat mendungnya langit Jakarta terasa begitu sendu

Komentar